Friday, May 27, 2011

Mitos Pelabelan ‘Kita’ dan ‘Mereka’

Oleh: Ardhyana Rokhmah Pratiwi


“People demand freedom of speech as a compensation for the freedom of thought which they seldom use. Kalimat Soren Kierkegaard itu adalah doktrin wajib bagi seluruh mahasiswa yang mengambil konsentrasi Media Studies di tempat saya mendapatkan gelar sarjana saya. Belajar bagaimana liciknya media massa menyaring dan menyingkirkan informasi yang menurut mereka berlawanan dengan kepentingan kapitalis tapi berteriak nyaring, mengakui bahwa apa yang mereka tunjukkan adalah realitas, di akhir studi, kami menjadi orang-orang yang tidak mempercayai media massa. Media massa tidak hanya membatasi ‘kebebasan berbicara’, tapi juga berusaha membelenggu ‘kebebasan berpikir’; berusaha menyebarkan sudut pandang yang seragam yang pada akhirnya mematikan kebebasan berpikir khalayak. Dan sejak tahun ketiga saya di program S1, saya mengabaikan istilah ‘kebebasan berbicara’ dan mulai berpikir lebih banyak tentang ‘kebebasan berpikir’.

Wednesday, May 25, 2011

Getting Degrees in a Factory

By Prihantoro
Published in Korea Times, 26/05/2011


It was at 8:30 a.m. on a lovely Sunday morning in Daegu. The roads were quiet. Everybody seemed to be enjoying the day off, but not with a number of Indonesians in ``Hankuk Nochong” (the Korean Confederation of Trade Unions) building. Around 30 students were waiting for final exams that day in a quiet room, somewhere on the 4th floor.

Monday, May 23, 2011

Subtitel Bahasa Inggris untuk "SEWU KUTO"

Secara konvensional, media belajar Bahasa Inggris yang paling umum adalah buku teks. Ini tidak berarti media lain tidak bisa digunakan. Di Jurusan Bahasa Inggris UT Korea, misalnya, media pembelajaran bisa berupa foto, film, iklan, lagu dan berbagai media interaktif lain. Mengingat cukup banyaknya penutur Bahasa Jawa di Indonesia, tim penerjemah jurusan Bahasa Inggris berinisiatif menerjemahkan lagu "Sewu Kuto" yang dinyanyikan oleh Didi Kempot ke dalam Bahasa Inggris.


Setelah penerjemahan, subtitling dilakukan dengan proses hard-sub dimana subtitle melekat dengan video. Dengan adanya subtitel ini, selain menikmati lantunan lagu, penggemar Didi Kempot juga bisa sekaligus mempelajari Bahasa Inggris. Sebaliknya, melalui lagu ini, penutur Bahasa Inggris bisa mempelajari Bahasa Jawa. Mempelajari Bahasa Inggris sekaligus melestarikan Bahas Daerah!


Tunggu apa lagi? Simak videonya di sini!


Pri

PENDIDIKAN FORMAL DAN INFORMAL BAGI TENAGA KERJA INDONESIA DI KOREA (SELAYANG PANDANG DARI DAEJON)

Oleh: Deddy Prasetyo


1. Korea, Daejon dan Warga Negara Indonesia (WNI)


Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Korea Selatan jumlahnya cukup besar. Berdasarkan informasi dari KBRI Seoul, tidak kurang 30,000 WNI bermukim di negeri ini. Mereka terdiri dari para Tenaga Kerja Indonesia (TKI), pelajar atau mahasiswa, staf KBRI ,dan selebihnya adalah individu-individu yang mempunyai urusan di Korea Selatan ,baik untuk kepentingan bisnis, pariwisata, penelitian dan sebagainya. Mayoritas WNI di Korea Selatan berprofesi sebagai tenaga kerja, disusul oleh mahasiswa. Puluhan ribu Tenaga Kerja Indonesia tersebar di berbagai wilayah di Korea Selatan dan bekerja di berbagai jenis sektor industri. Salah satu daerah yang menjadi penyebaran para Tenaga kerja Indonesia adalah kota Daejeon. Daejeon yang merupakan salah satu kota terbesar di Korea Selatan mempunyai jumlah Tenaga Kerja Indonesia yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan kota-kota lain seperti Incheon, Daegu ataupun Pusan. Hal ini dikarenakan Daejeon tidak dijadikan kota industri melainkan kota riset dan teknologi.

Festival Internasional "TOGETHER DAY"

Oleh: Prihantoro


Festival Internasional bertajuk "TOGETHER DAY" yang digelar pada tanggal 22 Mei 2011 di Gwangju, diramaikan oleh stand dari kurang lebih 40 negara, termasuk Indonesia. Di tengah-tengah stand tersebut, wakil dari setiap negara unjuk gigi dengan talenta mereka masing-masing. Indonesia menampilkan beberapa band performance dimana salah satunya adalah oleh mahasiswa UT Korea Jurusan Manajemen, Windiarti Aristiayani. 
Aksi Widita, Mahasiswa Jurusan Manajemen UT di Festival Internasional



Semangat dan Optimis Realistis Bisa Menjadi Modal Awal Pergerakan

Oleh: Hadi Teguh Yudistira


Beberapa hari yang lalu ada seorang teman saya menanyakan kenapa saya terlalu optimis dengan suatu program pelayanan pendidikan untuk rekan-rekan Tenaga Kerja Indonesia di Korea untuk direalisasikan dan dijalankan secara berkelanjutan. Sebenarnya saya sendiri agak terkejut dengan pertanyaan itu soalnya saya merasakan bahwa rasa optimis saya diturunkan dengan pertanyaan itu. Saya hanya menjawab pertanyaan itu dengan kutipan surat Ar-Ra'du ayat 11 yaitu tidak akan berubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak berusaha.

Profil Kontributor

Pri
PRIHANTORO
Staf Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang
Tugas Belajar di Hankuk University of Foreign Studies Jurusan Ilmu Linguistik
Peneliti di Digital Language & Knowledge Content Association DICORA
Tutor UT Korea Jurusan Bahasa Inggris Penerjemahan




Hadi
Hadi Teguh Yudistira
S1 Teknik Fisika ITB
Master to Ph.D Course (On Going)
Nano/Micro System Laboratory (NMSL)
Aerospace and Information Engineering Department
Konkuk University, Seoul
http://nmsl.konkuk.ac.kr
Koordinator Umum UT Korea 


Dedi
Dedy Prasetyo
Mahasiswa UT Korea 
Jurusan Bahasa Inggris
Angkatan 2011
Koordinator Kelas Bahasa Inggris









Nana
Ardhyana Rokhmah Pratiwi
S1 Komunikasi Universitas Indonesia
Kandidat Master di Jurusan American Studies di Graduate School of International Studies Yonsei University
Tutor UT Korea Jurusan Ilmu Komunikasi